RSS

Pindahan Tulisan Bahasa Indonesia

Dear pembaca, untuk kedepannya tulisan dalam bahasa Indonesia di blog ini bakalan aku pindahkan ke blog aku yang lain "Nona Backpacker" biar gak bingung bacanya.. thanks!


Dinner di 58 Tour Eiffel Paris-Trip ala2 Ratu

Paris masih jadi salah satu tujuan wisata favorit di Eropa. Banyak hal bisa di lakukan di Paris. Tapi tetep dong yang jadi tempat tujuan utama dan yang jadi simbol kota Paris bahkan Perancis, adalah Menara Eiffel.

Aku sudah 2 kali sebelumnya ke Paris, semua dengan backpacking. Tau lah ala2 turis gembel nan kere gitu (ya eyalah jangan ngaku incess kalo masih terbang pake tiket promo ya say, malu…). Kali ini gue bakalan tulis salah satu pengalaman flashpacking/mid up yang jadi bucket list gue; Dinner alias makan malam di Menara Eiffel berapa bulan yang lalu. Kok? Errhh ya iyalah secara ke Eiffel-nya aja udah dua kali, tiga termasuk datang dinner ke sana, cari pengalaman lain lah ya. Dan ini bucket list loh, thing I have to do before I "go"!
Di Menara Eiffel ada beberapa resto, dan ada juga kafe. Kebetulan kali ini aku mau coba restoran yang namanya 58 Tour Eiffel.

Untuk dinner di 58 Tour Eiffel kita mesti book jauh hari. Booking untuk dinner di sini bias dari web travel tapi juga bisa dari website: http://www.restaurants-toureiffel.com/en/58-tour-eiffel-restaurant/dinner.html

Untuk di resto ini, ada beberapa kali jadwal dinner. Harganya beda-bedalah ya. Kalau yang sore ngupi cantik mulai di harga 42Euro. Ada juga yang mulai dari jam 6.30 dan yang terakhir jam 9 malam. Aku pilih yang jam 9 malam, haha aku udah ngebayang kalu ambil jam 6.30 pasti nanti udah di beres2 deh tuh meja padahal belum puas yaaa.

Untuk yang jam 6 dan jam 9 harganya sama, untuk satu orang 99 Euro. Kalau mau duduk di dekat jendelaharganya lebih mahal. Udah tanggung ya sudahah, aku ambil yang window seat dunk, kapan lagi lah ya.  Total untuk dinner ini 155euro, harga termasuk: Lift ticket (1st floor), Welcome glass of champagne, Appetiser, Tasting menu (4 courses), Wine* + mineral water + coffee, Selection of high-quality wines, Dessert miniatures served with coffee, Premium seats near window
Dinner di sana ada 3 tahapan; Entrée, Plat (menu utama ), Dessert.

Oh ya tempat ini punya dress code formal jadi ya ngga bisa sembarangan pakaian. Tapi berhubung juga cuaca rada dingin jadi tetep aja dress plus stoking thermal sama pakaian dalam thermal jadi andalan. Malam itu suhu 9c dan windy banget untung pake stocking thermal dan bawa syal tebal. Berhubung jaket akugak nyambung sama dress jadi lah ya korbankan hahaha pake syal doing.

Oh ya, kita juga di wajibkan datang ontime.  Pokoknya 30 menit sebelum jadwal dinner sudah ready to be seated alias sudah di foyer restoran. Kita dating 40 menit sebelum jadwal dan memang banyak banget antriannya.

Masuk ke area Eiffel malam itu pemeriksaannya se ketat pemeriksaan airport. Syal gue mesti di lepas, di xray dan di search manually juga. Tas juga di exray (padahal sekecil apa tuh tas yak). Kita di sini sudah di greet sama karyawan 58 tour Eiffel (ya eyalah keliatan mana yang mau dinner mana yang turis biasa—kibas bulu mata palsu). Dia pakai checklist dan liat bookingan kita dan langsung di arahkann ke booth tiket untuk naik ke lift. Di booth tiket again bookingan di cek dan di konfirmasi ulang, baru kita di kasih tiket untuk naik lift ke lantai 1.

Not a backpacker-cetarbaday its windy 9c

Untuk naik ke atas naik ke lift di salah satu kaki Menara Eiffel. Lumayan lama banget nunggu nih lift, mungkin sekitar 20 menit dan orangnya anri banyak banget. Again, pada rapih kinclong pake jas yang cowok dan cewek ahayy dandan cetar lah ya.
Naik ke atas gue udah amazed liat pemandangan kota dari Eiffel. Biasanya kan dari bawah atau dari tempat lain liat ke arah Eiffel. Kalo malam magical juga ternyata.

Masuk ke foyer restoran juga antri satu per satu di absen dan langsung di arahkan ke meja masing-masing. Pelayannya ingatin gue sama butlernya si Batman hahah! Dua meja dapat 1 waitress yang ready banget dengan pesanan kita.
Suasana dalam restoran 58 tour Eiffel

Duduk di meja yang sudah di siapinlangsung di kasih list menu dan daftar wine, menu di bacakan sama si waitress. Dimulai dengan welcome drinknya a glass of champagne.  Satu persatu makanan sesuai dengan manu keluar. Makanan seluruhnya western food. Kalau ngga makan pork atau babi bisa di sampaikan kok ke waitresnya di awal waktu dia nerangin soal menu.

Ukuran makanannya unyu2. Kalau untuk perut Indonesia yang biasa di isi sama nasi goreng gila jalan Sabang Jakarta ini makanan piringnya aja yang gede. Dari segi rasa untuk lidah yang biasa makan western memang ok.

Kebetulan malam ini menu pembuka aku ikan trout, judul menunya; Trout marine aux baies de Manakara, crème au citron de Menton conflit, croustillant de vitelotte (gue mangap dengarnya hahaha doski kira gue lancer kali yak Bahasa perancis, yang gue ngerti trout sama citron doang hahaha). Akhirnya menu di bacakan dalam Bahasa inggris, trout tartar marinated in manakara peppercorns, citron de menton whipped cream, purple potato chip (alias ubi talas cuyy hahah jauh2 makannya ubi ungu ini juga). Ternyata imut haha di sajikan dalam gelas.
Entrée-Trout tartar

Menu ke dua Duck foie grass, quince and white balsamic marmalade with a toasted brioche. Gue udah banyak dengar foie grass dan selalu hindari kebayang gak amisnya… tapi hmmm kali ini ngga berasa foie grass. Foie grass biasa di buat dari hari angsa atau bebek. Yang gue makan hati bebek.


Menu ke 2

Menu ke tiga, menu favorit gue, Scallops “a la planca” butternut squash and onions with champagne sauce. & Poully Fume Le Loriot.  Ingat scallop ingat Gordom Ramsey yang suka teriak2 soal cara masak scallop yang mesti perfect! ha!


Menu 3 dengan scallop

Oh ya in between menu kita pasti di tanyain loh mau nunggu sebentar atau mau langsung lanjut. Kadang ada beberapa yang stop dulu nunggu makanan turun kali ya, selingin sama ngobrol atau bahkan ngerokok di luar (not recommended-kata orang yang hobi makan, malah matiin syaraf perasa kita yang udah di "warm up" dengan pembuka). Kalau gue kebut terus sampe menu ke 3 ini stop dulu sebentar. Waitres kita nunggunya ngga jauh kok hahah ada di dekat kita buat nuangin wine atau air mineral. Jadi kalua kita ready tinggal kasih kode aja.


Menu 4-Roasted lamb!

Menu ke empat,  Red label roasted leg of lamb with a smoked ham viennoise, spinach stuffed macaroni and sautéed Chinese artichoke & Graves-Chateu Haute Graviere. Berhubung aku udah bilang ngga makan pork, hamnya di ilangin, chefnya nongol dong hahahah mau di ganti apa? Hmmm gue bilang ngga masalah asal hamnya di ilangin aja 😃 (ngamuk jedut pala kali tuh cheff-yepp they took cooking to another level)




Ahhh 4 menu akhirnya sampe ke dessert. Guanaja chocolate sphere with whipped cream and poached pear. Terlalu cantik buat di makan tapi enaaaakkk bangeedddd. Disini kita di tawarin kopi dan setelah piring di angkat di letakin dong potongan cheese sama coklat dan cookies—omg!

Selesai dinner kita bisa foto2 di Menara Eiffel yang mulai sepi. Aku kelar dan keluar dari restoran jam 11.30 termasuk orang yang paling terakhir keluar. Foto2 sebentar di luar dan udah di kasih tanda bahwa lantai itu sudah mau di tutup.
Overall kalua gue bilang ini ngga musti loh punya bucket list makan di sini, tapiiii yaaah kalo ada para suami yang mau treat istri dinner romantic apasalahnya lah ya 300-400 euro berdua. Kalau untuk para singelist—hahah jangan manyun dipojokan. Ada kok yang makan sendiri tapi dia memang beneran di pojokan loh hahahah its not common or cheap tapi apa salahnya mentreat diri sendiri, yakan??

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Lets wonder wheres the wifi is weak!

"Lets wonder wheres the wifi is weak...."


Tulisan ini, aku buat sebab rada jengah ngeliat banyak pertanyaan seputar "kartu simcard lokal", sewa wifi (kekya desperate banget), sama pengalaman aku yang di stereo type soal traveller Asia yang tingkat narsisnya mengkhawatirkan. Kok ribet banget ya mau backpacking hari gini?

Alasan paling tinggi buat beli simcard local sama jadi fakir wifi;

  1. Biar bisa kontak keluarga
  2. Kontak kantor
  3. Biar bisa upload foto dan update status di Facebook, instagram, dll biar kekinian
  4. (?)

Tapi yang iya alasan nomor 3 yang paling jujur deep down inside (please dont lie to your self at least).

Reason yang pertama okelah, memang harus kasih informasi kekeluarga kalau kita udah landing safely, aman2 makan cukup, tempat tinggal ok.

Untuk yang ke 2 rasa2 ngga masuk. Aku sama kak Mari dulu juga pernah ngebahas soal ini. Dan kami sepakat kalau cuma sekedar kirim sms ke keluarga ngga masalah pakai nomor Indonesia aja toh mereka sudah tau kita traveling. Begitu juga dengan kantor--izin cuti sudah di approved, email kantor udah di kasih notifikasi "away" trus yang biayain liburan juga bukan kantor jadi kita ngga perlu lapor sama bos kegiatan tiap hari---kecuali kalo lu yang punya kantor ya ahahaha.... alias buat monitor apa aja kerja nak buah lu (punya kantor tapi ala2 backpacker kere ngapain boss?)

Sejak 2007 pertama kali backpacking keluar negri, gak kebayang berapa banyak jumlah foto yang sudah aku buat. Aku ngga punya hapeeehhh yang kek sekarang. Masih HP Sony Erricksson P1 itu dah yahuud banged. Kameranya kodak poket yang 8mp. Tiap balik ke hostel, nongrongin PC yang ada di communa room, ganti2an dengan traveler lain. Pake kabel data upload ke mana coba? dulu gue belum punya FB ahahah apalagi soscmed lain. Letakinnya di YAHOO BRIEFCASE (yang sekarang udah gak ada lagi).

For me from very beginning; "Traveling is not only about arriving, but enjoying it"

Di trip 2009 antara Singapore-KL-Thailand ada ekitar 350an foto. Maklu masih pakai kamera kodak yang memorinya di bawah 1giga (256mb udah ok). Waktu itupun hp masih sekedar untuk telepon dan sms. Sedangkan kamera masih di vga atau di bawah 3 megapiksel ngga secanggih sekarang.

2011 traveling solo ke Eropa pertama kali. Modal cuma bawa tripod kecil ukuran 30cm, sama kamera kodak yang udah lumayan uzur tadi (cuma kisaran 8 mega piksel kok), sama netbook Toshiba buat nyimpan foto2 tiap hari. Ambil foto seadanya.. lebih banyak buat nandain jalan biar kalo nyasar bisa di telusuri balik.

Tahun 2015 nge trip ke Eropa, backpacking berdua Kak Mari, Start dari Amsterdam (Sciedam, rotterdam, Den Hague)-Paris-Switzerland-Inssbruck Austria-Budapest Hungaria-Roma-Pisa-Milan. Julah foto dari HP (yupp aku nggga pernah mau ribet bawa2 gadget kebanyakan) sekitar 900an foto termasuk selfie yang acakadut atau blur.

Not to judge badly gue ngga abis pikir liat "backpacker" Asia atau traveler yang bawa dslr di leher, plus 2 HP yang ngga berenti foto2. You truly missing things out man! belum lagi bahaya copet dan jambretnya. Esensi backpacking, carry less, lu bisa gerat lebih leluasa, jalan kemana aja tanpa kerepotan bawa tuh barang, ketakutan di copet, naik turun bus, tram, kereta tanpa takut tuh barang2 kececeran.

“He who would travel happily must travel light.” – Antoine de St. Exupery

Gue udah liat di banyak tempat ketika mereka sibuk dengan semua gadget ini mereka miss essence di duatu tempat. Duduk, diam, nikmati... contoh di Eiffel tower... jangan cuma di liat Eiffelnya, suasananya, how the air feels, gimana dinginnya suhu 12c mana gerimis, langit abu2... tapi kalau gue tutup mata gue sekarang gue bakalan ingat semua.

Take your time, sit in silence. Gunakan semua panca indera---itu yang gue sebut "memory".

Iya ini tergantung dengan travel style. Untuk gue sayang banget kalo di sibukkan dengan seua gadget tapi ngga bisa nyerap suasana di sana.

Memang sih semua pada bilang, sayang kalau ngga ada foto2 di sana... iya.. gue juga hobi di foto, siapa yang ngga. Tapi somehow deep inside kalau kamu percaya, kamu pasti bakalan balik lagi kesana, you got to believe it!

Ngga masalah mau foto, cuma kala per berapa menit udah foto aja alias excessively, you got to ask why you travel, what for?

Naaahhh lepas dari masalah foto2 ini berlanjut ke masalah telekomunikasi.

2007, ke South East Asia aku ngga pernah beli simcard lokal. Waktu itu bawa kartu Indosat sama Telkomsel dengan roaming DIMATIKAN. Yupp.. tuh HP cuma case emergency aja. Ingat HP jaman dulu cuma buat sms dan telepon aja.

Setiap hari aku kirim satu sms ke adek, just so she knows im ok.

Keluar dari hostel, pakai peta yang masih kertas, telusuri Singapore sendiri. Takut nyasar? ya namanya traveling pasti nyasar. Ngga ada namannya traveling ngga nyasar. Mau di Singapore atau bahkan di Jakarta sendiri... masa belum pernah nyasar di Jakarta?? hahaha... sampe sekarang pun kalo aku di turunin di Jakarta Barat bingung dah gue dimana.

Banyak tempat2 yang aku notice sampai hari ini ngga gitu di eksplor sama backpacker yang datang ke Singapore. Pernah dengar Betel Box? sudah pernah ke water reservoir Singapore? udah pernah jalan ke Jurong? bukan bird park nya aja...beneran wanderless jalan2 aja. Chinatown udah kemana aja? tau ngga d sana ada toko dessert enaaakkk banget. Little Inda udah ke tiap lorongnya? tau daerah Geylang? yang dibilang red distric itu... tau ngga ada majid gede di sana? makanan Malaysia/halal paling banyak di sana loh... tau ngga dari hotel Fulerton itu undergroundnya ada passage ke Merlion? lumayan masuk dan gak panas2an langsung tembus ke Merlion.

Put down your phone... see around you, you will see more!!

Aku ngga nyangkal sering jadi "fakir wifi" apalgi waktu trip Eropa 2015 kemaren. Tapi nngga bikin sampe kek mana gitu ya.... kalo ketemu ya syukur, ngga ya sudah. Kita sepakat toh di masing2 host airbnb kita punya wifi (kita tanya dulu dong sebelum datng). Jadi kalau mau update status atau mo upload foto ya tunggu sampe di penginapan. Kalaupun ada kita dapat wifi biasanya kalo numpang pipis di restoran kek McD **fakir banget** atau tiba2 nemu free wifi di taman (girangnya naujubilah dan batre langsung drop gara2 semua notifikasi masuk sekaligus!) namanya juga backpacker ya pelita hati sama duit ahahah.

Aku traveling buat diri sendiri... susah loh ngumpulin duit, planning traveling berminggu2 bahkan berbulan2, tapi yang di pandang nanti cuma screen hp sepanjang jalan... jadi ya aku ngga ngerasa ada kewajiban buat posting foto tiap 1 menit dan update status tiap 2 menit. Just think about it.

Wifi pun wakttu ke Eropa lebih kepada peta, nge download offline map, google soal interesting place selain yang sudah kita jadwalkan. Untuk peta kita ngandalin Ulmon sama google offline yang bisa nyala tanpa paket data cuma ngandelin GPS dari HP.

You could do it... lepaskan diri dari ketergantungan HP foto2 sewajarnya aja (bukan selfi pose 30 kali di tempat yang sama). Enjoy your trip! its kind of sad loh... apalagi kalau yang backpacking nya ber dua dan sama2 mukanya di HP melulu. Ini yang di celetuk sama temen2 aku yang dari Eropa.

Aku pernah makan di restoran di Jerman, jadi temen aku nunjuk ke meja lain, ada keluarga asia 6 orang. Food on the table, its dinner. Tapi satupun ngga ada yang ngobrol semuanya pada fokus sama gadget masing2 termasuk orang tuanya dan keseluruh anaknya termasuk  toddler. Makan pun di suap ngga liat piring tapi fokus ke monitor. Temen aku nyeletuk "typical asian" dan menurut dia itu ngga sopan sama sekali di Eropa kalau di keluarga makan tapi pegang hp sepanjang makan. Gue cuma bisa nyengir doang. Mo jawab apa? memang rata2 sepanjang perjalan itulah yang gue liat.

So, tulisan ini sekedar uneg2----kemungkinan besar ada yang kurang sependapat, but hey... aku cuma mau kalian enjoy dengan trip kalian without missing things...

Rekor terlama kita tanpa beli2 simcard atau wifi adalah 3 minggu! kira2 kalau traveler sekarang ada yang bisa lebih dari itu ngga yaaa?? ada yang bisa lebih dari 1 bulan mungkin?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Applying for US Visiting Visa-----say a little pray for me!

Balada orang lapangan kalau ngurus gini, presisi alias ketepatan dan organizingnya mesti bagus (tsaaahhh). Sebab salah hitung jadwal off trus buat jadwal interview ngga jatuh di jadwal off… hufffttt kelar dah… rempong pisan buat reschedule lagi.

Dari hasil semedi dan terawangan, aku pilih hari Jumat ajalah pagi (nunda banget padahal gue dah off dari hari sabtu minggu  kemarennya ahahah). Kederrr... mempelajari situasi whats the best option buat ke sana... baca2 lagi tuh DS-160 ibarat rasa2 mau ikut UAN waktu SMA atau kek mau ujian skripsi. Mikir tuh duit 2.1juta ROIB kalo ngga approve (haisssshh)

Hari Jum’at pagi jam 6 aku sudah siap di atas motor gojek balapan sama yang mau pergi kerja. Tujuan langsung ke arah Monas dekat stasiun kereta Gambir. Kedutaan Besar Amerika Serikat ada di Jalan Medan Merdeka Selatan No. 3-5, Gambir.

Berhubung orang lapangan gue yang ada cuma jeans jadi maafkan lah ya. Pagi ini ke kedutaan gue pake Jeans sama kemeja plus sepatu sport. Dandan juga ngga cetar benget, biasa aja. Rambut di kuncir sebelah aja biar rada rapi, apalagi kalo naik motor.

Sampai di depan pintu kedutaan, agak tricky juga kalau mau berenti sebab ada barikade jadi ngga bisa turun ke pinggir. Jadi terpaksa minta berenti di Ujung pagar kedutaan, ngga apalah jalan sedikit daripada gue di teriakin sama penjagaan kedutaan yang mukanya lumayan sangar dari jauh.
Note ya, ngga ada tempat parker dan berhenti mobil/motor jadi memang lebih baik pakai angkutan umum dan kalau sama mobil pribadi ya di parkirin paling di stasiun gambir trus jalan kaki deh.

Kalau di persyaratan yang kita print out ada tulisan JANGAN DATANG SEBELUM PUKUL 6.30 untuk grup A yang interview jam 7, yang ada?? Gue datang waktu itu jam 6.20 pagi, udah ada 7 orang di depan gue. Udah deh ikut ngantri. Gue mikirnnya its ok lah masih 7 orang ini. Inget dulu waktu kedutaan Jerman juga ngga lama ata---sama dengan kedutaan Belanda kagak ada antriannya ahahaha (yang di Surabaya inihhh).

Di luar pagar, bapak security liat passport sama interview appointment kita. Yang boleh  masuk cuma yang mau apply yaaa… kecuali kalau anda masih termasuk anak2 atau golongan lansia atau memang butuh special assistant. Ngga adahhh namanya di temenin sama papah, mamih, baby sitter, pacar, tunangan pak RT, atau tetangga sebelah. Lu mau ke negara lain aja masih pake di temenin (ya eyalah bukk ke toilet aja masih minta temenin hahahahah please deh!).

hadeeuuhhh…. Sendiri lah ya pokoknya yang mau apply aja (dan ada adegan “udah2 mamah tunggu di sanah ajah…” si anak perempuan umur 20an (!!!!) misuh2 memble, keingat gue pon akan di antar ke play group pertama kali haiyyyoohh).

Nunggu sekitar 15 menitan berdiri, kita akhirnya diperbolehkan masuk. Semua barang bawaan di scan dan kita juga melewati metal detector. Kunci mobil yang pake remote, hp, ipod pokoknya elektronik semua harus di titipkan bahkan gelang fitbit gue juga ngga boleh di bawa. Tas di perbolehkan masuk, hanya elektroniknya aja yang di tinggal termasuk flashdisk ngga boleh masuk yaaa.

Oh ya makanan sama minum juga semua ngga bisa masuk. Tenang di dalam ada kok dispenser air boleh minum cuma2. Juga ada kios kecil punya ranch market yang jualan sandwich sama minum. Ada juga kios roti gitu. Jadi kalau mau cemal cemil bisalah di ganjal sama nih makanan.

Dari pemeriksaan security kita dikasih nomor locker.

Keluar dari ruangan lanjut ke ruangan berikutnya di sambut sama 2 mbak2 yang ramah. Mereka mengecek dokumen kita lagi sambal mengarahkan untuk mengambil nomor antrian di mesin. Untuk nomor antrian ada 2 print out. Print yang pertama untuk antrian di ruangan tersebut. Ini ngga bisa di sebut ruangan sih sebab terbuka kek garasi gitu dan ada kursi panjang kek rumahsakit banyak

Ada beberapa loket/booth di sana.

Ternyataaaaa……. Aku datang 6.20 pagi bukan nomor 7 cuyyyy aku adalah “pasien” nomor 51 sodara2. Jadi saran aku abaikan sajalah perintah untuk tidak datang sebelum jam 6.30 pagi tadi yaaa…. Ini orang2 pada ngantri jam berapa cobaaaa….

Di loket itu nomor antrian tadi salah saunya di kasih dan di tanyain beberapa hal; Tujuan mau ke amerika? Berapa lama? pergi dengan siapa? di tanyain soal surat DS160 sama passport. Kebetulan aku ada bawa passport aku yang lama. Jadi yaaa di kasihlah dengan si mbak. Mbak yang disini orang Indonesia. Jadi ini kek “pre interview”.

Sudah kasih passport sama ngobrol dengan mbak tadi, di persilahkan untuk duduk lagi masih di ruangan yang sama. Ternyata dari sini di panggil ke ruangan lain per 10 orang.

Dari ruangan ini nomor aku di panggil per 10 orang di suruh pindah keruangan dalam. Di ruangan dalam ini antri lagi ada layarnya. Ntar kalau nomornya di panggil, di ambil sidik jarinya. Daaaannn pindah lagi tempat duduknya ke area tunggu interview.

JREEENGGGGG JREEENGGG.

Muka Tegang semua… tenang…. Ada yang komat kamit…. Dan gue mendadak berasa merinding hahahah…..

Disini ada 4 loket. Yang paling Ujung cowok afroamerika, 3 loket lainnya cewek bule semua. Mereka interview campur pakai Bahasa Indonesia dan inggris.

Aku dengar2 ada yang interview buat visa training di tanya detail banget gilaaaakk….. dan ada juga cewek yang kerjanya katanya engineering juga sama di tanya detail. Dari sekian orang ada banyak yang di kasih kertas pink ada banyak juga yang kertas putih.

Untuk pertanyaan interview sebenarnya variatif tergantung dari pertanyaan sebelumnya. Antaralain yang gue dengar:
  1.  Tujuan datang ke Amerika?
  2.  Mau ke mana tujuannya di Amerika?
  3.  Berapa lama?
  4.  Kerja di mana? Sudah berapa lama? Apa job desk kamu? Perusahaan di bidang apa?
  5.  (kalau jawab mau ada seminar/training) tunjukkan undangan seminar/training, surat pengantar dari kantor? Pendidikan terakhir apa? apa yang di harapkan dari seminar/training ini?
  6. Ada kenalan atau keluarga di amerika? Dimana tinggalnya? Hubungannya apa? (di minta kk) saudara sudah berapa lama di US?


Aku udah itung2 itu jendela, iseng, antisipasi grogi… keknya aku sama mbak bule yang jendela paling pinggir. Sebelum aku ada dua orang cewek pake jilbab. Mereka keliatannya senang banget waktu selesai di interview, keknya mereka berdua visanya di approve.

How I feel?? Berasa mo koprol jungkir balik gegara nervous.

Ok giliran gue. Tuhan... ill be a very good girl if you approve this one.

Senyum dan sapa si bule duluan dengan “Good Morning, how are you doing?” dia jawab dengan senyuman.

Langsung gue tegang dan nervous cubit2 tangan hahaha.

“Apa tujuan anda datang ke Amerika?”
For holidays (ya gue jawab Bahasa inggris) si mbak lirik gue dan senyum

“Where do you plan to visit?”
I am planning to go to NYC and the cities around it. I only got less than 2 weeks for holidays, too bad but I can’t see all at once I guess.

“oh yeah, you will love New York, so much to see there and also, go to DC!”
Well, I do plan that as well, it’s not that far from NYC (cubit2 tangan sendiri ngga mau kelewat banyak omong hahaha)

“What do you do for living?”
Gue jelasin dalam Bahasa inggris perusahaan sekalian job desk gue. (si mbak nyimak gue jelasin sambal sesekali liat monitor computer dia—mungkin nyocokin sama isi DS-160 gue)

“So, you’ve been to Europe before?”
Yes, I went there for backpacking several times, you also never got enough of Europe I guess.

Dia ketawa “oh yeah, Amsterdam is nice”
Yes, I love the city except the winter!

Trus dia senyum dan langsung diam liat monitor dan dokumen. Gue dah mo nangis kejer gara2 nervous.

“Your visa is approved, welcome to New York!”
Gue kedip2.

Uhhmm that’s it?? Gue tanya dia balik.

Dia ketawa, “Yes… enjoy your trip!”

Gue megap2 woaaahh thank you so very much! Gue rasa2 mo meluk tuh bule kalo ngga ada kaca (bisa nempel ibarat ikan sapu2 atau ikan cupang gue ntar).

Tangan kaki gue kebas mendadak kek jelly. Efek, adrenalin yang keluar mulai turun.

Hahahahah! Satupun dokumen yang udah gue susun rapi dalam map di tangan gue ngga di tanyakan. Mulai dari copy rek koran, surat kanttor, tiket dummy, booking dummy, ntah hapah2 lah di dalam map gue ngga ada satupun yang keluar.

Dia kemudian nyerahin satu lembar kertas dan jelaskan kalau passport aku normalnya sudah akan di terima dalam waktu maksimal 3 hari kerja.

Aku masih bengong.

Jalan keluar ruangan ringan kaki sama kepala, ambil tas di security… sambal pesan go jek…. Aku liat di belakang aku ada beberapa yang terima kertas pink dan putih lagi. Aku masih gemetar waktu nunggu di luar tembok kedutaan. Beneran ngga ngira se gampang itu aku di mudahkan untuk dapat visa US. Semua pikiran negative aku beneran ngga ada yang kejadian.

Jadi benar yang orang bilang, dari 100% kekhawatiran kita hanya sekitar 1 % yang kejadian atau malah ngga terjadi sama sekali.

Bisa di bilang tiap orang random tergantung “hoki” atau rejeki masing2. Ada yang kek gue gampang, ngalir kek ngobrol.. ada yang sengit sampe akhirnya di tolak.

Intinya yang paling penting dari interview kalau aku liat adalah;
  1.  Ngga masalah kalau ngga bisa Bahasa inggris. Yang interview jago banget Bahasa indonesianya. Cum ague gara2 lebih dari 10 tahun kerja sama expat, kalo liat muka bule mulut langsung “auto translate” aja hahahha…. Jadi jangan khawatir.
  2.  JANGAN GROGI.
  3. Memiliki kerjaan apalagi perusahaan internasional yang di kenal sama orang Amerika itu  ngaruh banget sama nih visa, mereka mo liat lu balik ke Indonesia lagi apa kagak.
  4.  Konsisten lah dengan isian DS-160. Hapalkan apa yang di tulis kalo perlu. Makanya kalau bisa DS-160 isi sendiri jadi tau apa yang di tulis di sana. Jangan bilang di sana mo ke NYC ngga taunya interview jawab Hollywood. Rencana di DS-160 di tulis 10 hari di interview bilang 3 minggu. Pokoknya konsistensi itu penting… kalau memang jujur isiannya  ya…. gue rasa ngga perlu takut lah buat salah ngomong.
  5. JANGAN GROGI. Tarik nafas…. Relax….
  6.  Ngga mestilah punnya tabungan sampe 50juta ke atas. Dari duduk dan memperhatikan orang yang di interview dan proses interview gue… bisa menyimpulkan ngga usah yang aneh2 deh. Contoh kalau memang Karyawan, gaji bulanan 6 juta, tapi di saldo tabungan ada ratusan juta. Bisa2 di kira money laundering atau terlibat kegiatan kriminal. Atau kalau misalnya ngakunya backpacker tapi tabungan gede juga ngga masuk akal lah.. mereka ini udah tau kondisi Indonesia gimana. Kalau tabungan sedikit, atau kecil, sesuaikanlah isi DS-160. Tabungan di bawah 10 juta tapi niat jalan ke USA lebih dari 2 minggu… maunya jalan dari Ujung ke Ujung (west coast ke east coast), ya ngga masuk di akal lah.
  7. Pelajari dikit lah tentang amerika, jangan ngomong mau jalan keliling amerika dari LA/Hollywood, Vegas, trus mau nyambung ke New York, trus mau ke Chicago dll dalam 10 hari. Coba liat peta baik2…. Dari west coast ke east coast ini jaraknya jauuuhhhhh… bisa 5 jam FLIGHT sama kek dari Jakarta mau ke Bangkok. Kecuali memang sudah paham ya silahkan di mention di waktu interview atau di DS-160
  8. Dokumen pendukung silahkan di persiapkan, mana tau memang ngga beruntung dan dipertanyakan. Siapkan dan susun rapi jadi mudah di keluarkan jika di tanya (ngga perlu di sodorkan kalo ngga di tanya).

 Banyak zikir, berdoa, sebelum interview, mudah2an mood yang interview bagus. Udah interview doakan rezeki yang interview juga makin lancar sebab udah baeeek banget mau approve tuh visa.

Nah.... untuk yang belum, jangan keder duluan, kalo rezeki ngga kemana... kalo masih belum di approve di coba lagi. Ingat konsistensi sama jangan grogi!



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Backpacker Girls
Add blog to our blog directory.